Obat Kuat

Semoga para pembaca tidak berpikir yang ndak-ndak saat membaca judul di atas. Penulis bukan sedang akan berjualan ‘obat’. Penulis hanya akan menjelaskan bahwa kesehatan dan kekuatan fisik, juga kesemangatan hidup, itu bukan hanya dengan usaha fisik belaka. Semisal, mengkonsumsi makanan bergizi, meminum jamu-jamuan dan berolahraga. Namun ada faktor lain yang sangat penting, tapi malah justru kerap dilupakan. Apakah itu?

Read more

Simbiosis Mutualisme Kebaikan

Di antara pelajaran SD yang masih sering kita ingat adalah istilah dalam pelajaran biologi; simbiosis mutualisme. Suatu istilah yang menggambarkan adanya hubungan saling menguntungkan antara dua makhluk. Misalnya ‘persahabatan’ antara lebah dengan bunga. Di mana si lebah mendapatkan madu dari bunga. Ketika menghisap madu tersebut, serbuk bunga melekat pada lebah. Jika lebah tersebut berpindah bunga, serbuk bunga yang telah melekat pada lebah akan melekat pada bunga yang lain. Terjadilah penyerbukan oleh lebah.

Read more

Hutang-Piutang: Lahan Basah Bisnis?

Prolog

Suatu saat ketika mengisi pengajian, penulis menyinggung tentang betapa tercelanya perilaku para ‘lintah darat’. Ternyata kemudian dalam sesi tanya jawab, salah satu jama’ah bertanya, “Ustadz, para rentenir itu ketika dinasehati, justru berargumen, wong tujuan kami adalah baik; membantu orang-orang yang sedang terjepit koq. Masa ndak boleh?!”.

Kata saya, “Nulung (membantu) atau menthung (memukul)? Berniat murni membantu orang yang kesusahan, atau justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan? Kalau benar-benar bertujuan untuk membantu, mengapa musti disyaratkan dari awal bahwa kelak manakala mengembalikan harus pakai bunga?”.

Read more

Beretika dan Bermodal

PROLOG

Mas, apa hukum ngumpul-ngumpul di keluarga orang yang meninggal?”, tanya seorang awam kepada temannya yang menurut dia lebih paham agama, karena terlihat rajin ngaji.
“Haram!” jawabnya dengan tegas.
“Dalilnya apa?”.
Eemm, apa ya? Ntar saya tanyakan dulu ke Ustadzku”.
“Terus kalo Yasinan dan Tahlilan, hukumnya apa?”.
“Bid’ah!”.
Kalo yang ini dalilnya apa?”.
Eemm, apa ya? Saya ngajinya gitu lo. Coba ntar tak tanyakan lagi ke Ustadzku”.
Demikian obrolan antara dua orang kawan berakhir.

Read more

Tinggal di Rumah Hantu, Siapa Mau?

Alhamdulillâhi wahdah, wash shalalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh.

Siapapun menginginkan memiliki rumah yang tentram dan nyaman. Sayangnya, dalam usaha untuk mewujudkan hal tersebut, kebanyakan orang baru sekedar melakukan hal-hal yang bersifat duniawi belaka. Yakni dengan mendirikan bangunan yang megah dan melengkapinya dengan seabreg fasilitas penunjang. Selama tidak berlebihan, sebenarnya hal itu boleh-boleh saja. Namun yang memprihatinkan, mereka lupa bahwa inti kenyamanan dan ketentraman rumah sebenarnya justru bersumber dari ketenangan hati penghuninya. Yang itu akan dicapai manakala mereka rajin beribadah dan memanfaatkan tempat tinggalnya untuk hal-hal yang diridhai Allah.

Apa saja yang perlu kita lakukan di rumah kita, supaya tempat tinggal tersebut nyaman dan damai? Juga agar rumah kita tidak menjadi tempat favorit para setan dan ‘hantu’?

1. Mengucapkan salam sebelum[1] masuk rumah.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ “…وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلَامٍ…”.

Dari Abu Umamah al-Bahily radhiyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam bersabda, “Tiga orang yang dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla; (Beliau menyebutkan yang ketiga adalah) … orang yang memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam…”. HR. Abu Dawud dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim. An-Nawawy menyatakan hadits ini hasan.[2]

Catatan:

Salam kita ucapkan, baik di dalam rumah ada orang maupun tidak.[3] Sebab Allah ta’ala berfirman,

“فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً”.

Artinya: “Apabila kalian memasuki rumah-rumah hendaklah kalian memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah”. QS. An-Nur: 61.

Read more

Surat terbuka untuk para istri (Bagian 7): KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ISTRI

Surat Ketujuh:

“KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA”[1]

Saudariku…

Banyak kunci sukses membina rumah tangga, di antaranya:

1. Mengenali karakter pasangan

Di antara perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan: berusaha mengenali karakter pasangan semampunya. Apa saja yang disukainya dan apa saja yang dibencinya. Sebab, dengan mengenali sifat dan karakter suamimu, akan tergambar di hadapanmu langkah-langkah yang jelas yang harus engkau ambil dalam berinteraksi dengannya.

Berikut beberapa tipe suami beserta solusi untuk menghadapinya:[2]

1. KERANJINGAN KERJA

Tipe suami seperti ini lebih mengutamakan pekerjaan daripada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tak heran jika waktu yang tersedia untuk keluarga sangatlah sedikit. Ia adalah seorang pekerja keras. Suami yang keranjingan kerja (workaholic) umumnya memiliki ego yang tinggi. Ia berpikir, toh semua demi kesejahteraan keluarga.

SOLUSI

Tak ada kata lain selain sabar. Carilah saat tepat untuk menyampaikan uneg-uneg Anda. Misalnya, menjelang tidur saat ia sudah dalam keadaan relaks. Katakan bahwa Anda dan anak-anak mengkhawatirkan kesehatannya yang terlalu diforsir untuk urusan pekerjaan, dan mengajaknya untuk berlibur di akhir pekan. Anda memang harus aktif. Ingatkan suami bahwa, sesibuk apa pun, ia harus menyempatkan diri bersama keluarga. Yang terpenting adalah komunikasi.

Read more

Benarkah Muharram Bulan Sial?

Alhamdulillâhi wahdah wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh…

Mitos Seputar Bulan Muharram

Sudah menjadi ‘keyakinan’ bagi sebagian masyarakatIndonesia–Jawa khususnya– bahwa bulan Muharram -atau bulan Suro dalam istilah Jawa- adalah bulan keramat. Pada tanggal-tanggal tertentu mereka menghentikan aktivitas–aktivitas yang bersifat hajatan besar, menghindari perjalanan jauh, sebab hari itu mereka anggap sebagai hari naas atau sial.

Bulan itu juga mereka takuti bagi pasangan yang hendak merencanakan pernikahan. Oleh karenanya mereka sangat menghindarinya dan memilih pernikahan dilaksanakan pada bulan-bulan lain. Pasalnya, -menurut klaim mereka- pernikahan yang dilangsungkan pada bulan Muharram kerap mendatangkan sial bagi pasangan, seperti perceraian, kematian, tidak harmonis, dililit utang, dsb. Budaya ini sudah mengakar sebagai warisan nenek moyang kita. Kami tidak tahu secara pasti ini dari mana sumbernya, tetapi mungkin saja sebagai pengaruh asimilasi budaya Hindu dan Islam yang ketika berbaur memunculkan isme baru yaitu paham kejawen.

Read more

Agar Idhul Fitri Kita Lebih Bermakna

Di hari-hari ini kita merasakan kebahagiaan dan kegembiraan yang luar biasa, karena Allah ta’ala kembali mempertemukan kita dengan Idhul Fitri yang penuh berkah. Pada hari-hari ini kaum muslimin memanjatkan rasa syukur mereka kepada Allah jalla wa ‘azza dan tidak henti-henti memuji-Nya karena Dia telah memberikan taufiq-Nya sehingga kita bisa menyempurnakan puasa di bulan suci Ramadhan.

Read more