KAPAN MENGUCAPKAN KALIMAT TAHMID? Bag-5 (terakhir)

Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 53

Pada pertemuan lalu, kita sudah memulai pembahasan tentang beberapa kondisi yang mendapat penekanan khusus dari agama, agar seorang hamba mengucapkan kalimat tahmid pada saat itu. Berikut kelanjutannya:

7. Saat bersin.

Bersin merupakan salah satu nikmat besar Allah atas para hamba-Nya, dengan bersin seorang hamba bisa mengeluarkan sesuatu dalam hidung yang jika dibiarkan bisa berbahaya bagi tubuh. Karena itulah, ketika bersin, seorang hamba diperintahkan untuk memuji Allah dengan mengucapkan hamdalah.

Dalilnya: Sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam,

“إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: “الْحَمْدُ لِلَّهِ”، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ: “يَرْحَمُكَ اللَّهُ” فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ: “يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ”.

“Jika salah satu kalian bersin ucapkanlah, “Alhamdulillah”. Temannya hendaklah mengatakan, “Yarhamukallôh (Semoga Allah merahmatimu)”. Jika temannya membalas demikian, hendaknya ia mengucapkan “Yahdîkumullôhu wa yushlihu bâlakum (Semoga Allah mengaruniakan padamu petunjuk dan memperbaiki hatimu)”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Namun apabila seseorang bersin lebih dari tiga kali, maka tidak perlu lagi mengucapkan Yarhamukallôh”. Namun doakan untuknya kesembuhan; karena itu pertanda ia sedang sakit. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,

“شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلاَثًا، فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ”.

“Doakan saudaramu saat bersin tiga kali. Tetapi bila lebih, maka itu adalah sakit”. HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai hasan oleh al-Albany.

Adapun jika orang yang bersin tidak mengucapkan “Alhamdulillah”, maka ia tidak berhak untuk didoakan Yarhamukallôh”. Sebagaimana dijelaskan Nabi shallallahu’alaihiwasallam di dalam sabdanya, “Jika salah satu di antara kalian bersin lalu ia mengucapkan “Alhamdulillah”, maka doakanlahYarhamukallôh”. Namun bila tidak mengucapkan “Alhamdulillah”, maka janganlah doakanYarhamukallôh”. HR. Muslim dari Abu Burdah radhiyallahu’anhu.

8. Ketika melihat orang lain mendapatkan cobaan baik dalam hal duniawi maupun agama.

Cobaan duniawi contohnya: cacat, buta, tuli dan yang semisal. Cobaan agama contohnya: tenggelam dalam kemaksiatan, bid’ah dan yang semisal.

Dalilnya: hadits Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu’alaihiwasallam,

“مَنْ رَأَى مُبْتَلًى فَقَالَ: “الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا”؛ لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ الْبَلَاءُ”.

“Barang siapa melihat orang yang mendapatkan cobaan lalu ia mengucapkan, “Alhamdulillâhilladzî ‘âfânî mimmabtalâka bihi, wa faddholanî ‘alâ katsîrin mimman kholaqo tafdhîlâ (Segala puji bagi Allah yang telah menghindarkanku dari cobaan yang menimpamu, serta memuliakanku dibanding banyak makhluk-Nya)”; niscaya ia tidak akan diuji dengan cobaan tersebut”. HR. Tirmidzy dan dinyatakan hasan oleh beliau dan Syaikh al-Albany.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 20 Jumada Tsaniyah 1435 / 21 April 2014

 

Leave a Comment