Khutbah Jumat: VIRUS GANAS FANATISME

VIRUS GANAS FANATISME

Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Khutbah Jum’at di Masjid Agung Darussalam Purbalingga, 26 Jumadal Ula 1440 H / 1 Februari 2019

KHUTBAH PERTAMA:

الحمد لله الذي جعل التقوى أساس التكريم، وجعل الأخوة الإيمانية الرابطة بين المسلمين، وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمداً عبده ورسوله، أرسله الله رحمة للعالمين، صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد فاتقوا الله عباد الله، فإن من اتقاه نجّاه..

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.

Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…

Suatu hari terjadi percekcokan antara seorang Anshar dengan seorang Muhajirin. Emosi keduanya memuncak. Sehingga masing-masing berusaha meminta dukungan dari golongannya.

Si Anshar tadi pun berteriak, ”Wahai golongan Anshar (dukung aku)”.

Tidak kalah si Muhajirin juga berseru, ‘Wahai golongan muhajirin (dukung aku).’

Mendengar perseteruan tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam segera keluar dari rumahnya seraya bersabda,

“مَا بَالُ دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ”

“Mengapa ada propaganda jahiliyyah semacam ini di sini?”.

“Apa yang terjadi?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Ada pertikaian di antara seorang Muhajirin dan seorang Anshar wahai Rasul” jawab mereka.

Beliau bersabda,

دَعُوهَا فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ

Tinggalkan propaganda jahiliyyah. Itu adalah hal yang busuk!”. HR. Bukhari.

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…

Hadits di atas menjelaskan terlarangnya sikap fanatisme. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengategorikannya sebagai perilaku jahiliyyah, primitif dan terbelakang.

Fanatisme berarti sikap keras kepala. Enggan menerima pendapat orang lain sekalipun benar. Sebab merasa dirinya selalu benar dan orang lain pasti salah.

Bila penyakit ini mewabah di sebuah masyarakat, maka akan merusak tatanan kehidupan manusia. Tidak bisa lagi dibedakan mana orang yang terpelajar dan mana orang yang awam. Mana orang yang beradab dan mana yang biadab.

Fanatisme akan merobek-robek persatuan. Melemahkan kekuatan. Memecah belah kesatuan umat. Menyuburkan perpecahan. Serta menghancurkan sendi-sendi bangsa.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Orang yang menempuh jalan fanatisme ini bakal terpedaya. Sekalipun dengan modal tersebut ia berhasil memperoleh kedudukan mentereng. Sebagai tokoh agamakah, atau pimpinan politik, atau dijuluki tokoh cendekia. Namun sejatinya itu hanyalah fatamorgana belaka. Ia selalu berusaha menutupi kekurangan dan kegagalannya dengan menonjolkan kefanatikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan,

وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ، يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً؛ فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

“Barang siapa berperang di bawah panji buta. Tersinggung lantaran dorongan fanatisme. Mengajak kepada fanatisme. Membela fanatisme. Lalu ia terbunuh, maka sungguh kematiannya adalah sebuah kematian jahiliyyah”. HR. Muslim.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Perbedaan pasti terjadi di antara kita dan tidak mungkin dihindari. Karena kita adalah manusia, yang bisa benar dan salah. Kita bukanlah Malaikat. Sehingga kita tidak bisa menghilangkan perbedaan pendapat dan menghapuskannya.

Yang bisa kita lakukan adalah mempersempit dan memperkecil perbedaan. Bersikap yang baik dengan perbedaan tersebut. Menerapkan adab-adab Islam dalam berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita.

Sikap saling menghormati ini tidaklah menghalangi diskusi dan dialog ilmiah dengan orang yang berbeda pendapat. Demikian juga tidak menghalangi upaya meluruskan penyimpangan yang ada di masyarakat. Namun dengan tetap menjaga etika dalam melakukan kritik ilmiah dan berakhlak mulia saat berinteraksi dengan orang yang dikritik. Tidak boleh membumbuinya dengan vonis-vonis zalim, apalagi fitnah-fitnah keji.

Jama’ah Jum’at a’zzakumullah…

Berpegang teguh dengan firman Allah ta’ala dan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam di bawah bimbingan para ulama adalah sebuah kewajiban agama. Sehingga keliru bila melabeli sikap istiqamah tersebut dengan fanatisme.

Bagaimana mungkin itu dikategorikan fanatisme tercela, sedangkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang telah berpesan,

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Siapapun yang hidup sepeninggalku akan menyaksikan banyak perselisihan. Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ur rasyidin yang senantiasa mendapat hidayah. Berpegang teguhlah dengan Sunnah tersebut. Gigit erat dengan gigi geraham kalian. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga al-Albaniy.

 

أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA:

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيمًا لشأنه، وأشهد أن نبينا محمدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه.

Sidang Jum’at yang kami hormati…

Perlu diketahui bahwa mencintai bangsa dan tanah air bukan termasuk fanatisme yang tercela. Karena hal ini merupakan sunnatullah dalam ciptaan Allah. Dia menjadikan manusia bersuku dan berbangsa agar mereka saling mengenal. Naluri manusia mencintai negeri mereka di mana mereka berasal. Memiliki sikap nasionalis tidak harus menjadi fanatik.

Tapi perlu diingat bahwa nasionalisme itu bukan sekedar perasaan cinta yang dipendam dalam hati. Bukan pula hiasan bibir pemanis kampanye politik belaka.

Namun harus diiringi upaya nyata membangun negeri. Memakmurkannya. Membelanya. Mengorbankan hal-hal berharga demi kemerdekaannya. Serta mencegah siapapun dari para musuh yang bernafsu untuk menguasai dan bersikap rakus mengeksploitasi kekayaan bumi pertiwi sekehendaknya.

هذا وصلُّوا وسلِّمُوا على الرحمةِ المُهداة، والنِّعمةِ المُسداة: نبيِّكُم مُحمدٍ رسولِ الله؛ فقد أمرَكم بذلك ربُّكم في مُحكَم تنزيلِه، وهو القائِلُ والصادِقُ في قِيلِه–: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].

اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على عبدِك ورسولِك: نبيِّنا محمدٍ الحَبيبِ المُصطَفى، والنبيِّ المُجتَبَى، وعلى آله الطيبين الطاهِرِين، وعلى أزواجِه أمهاتِ المؤمنين.

وارضَ اللهم عن الخلفاءِ الأربعةِ الراشدين: أبي بكرٍ، وعُمر، وعُثمان، وعليٍّ، وعن الصحابة أجمعين، والتابِعين ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بعفوِك وجُودِك وفضلِك وإحسانِك وكرمِك يا أكرَمَ الأكرمين

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

اللهم نج إخواننا المؤمنين المستضعفين في بورما، وسوريا، وفلسطين، والصين وفي كل مكان

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…

 

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 26 Jumadal Ula 1440 H / 1 Februari 2019

 

Leave a Comment