Persiapan Lebih Baik dalam Menyambut Ramadhan

Dalam salah satu wejangannya, al-Hasan bin Ali radhiyallahu’anhuma pernah menyampaikan, “Barang siapa yang hari-harinya di dunia sama; maka dialah orang yang tertipu. Dan barang siapa yang harinya lebih baik dibanding keesokannya maka dialah orang yang merugi”.

Jika nasehat di atas dikaitkan dengan bulan Ramadhan, maka orang yang beruntung adalah orang yang Ramadhannya tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu. Untuk membuatnya lebih baik, tentu memerlukan berbagai persiapan. Di antara bentuk persiapan tersebut[1]:

1. Berpuasa di bulan Sya’ban.

Aisyah radhiyallahu’anha mengisahkan,

“فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ”.

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam puasa sebulan penuh melainkan di Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihatnya memperbanyak puasa melebihi bulan Sya’ban”. HR. Bukhari dan Muslim.

2. Merasa bahagia dengan kedatangannya

Bila Ramadhan tiba, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya. Di antara yang beliau sampaikan,

“أَتَاكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ. تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ. لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ”.

“Ramadhan telah datang kepada kalian. Bulan yang diberkahi. Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan atas kalian puasa di dalamnya. Pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan jahat dibelenggu. Di dalamnya, Allah memiliki sebuah malam yang lebih baik dibanding seribu bulan. Barang siapa terhalang untuk meraih kebaikan malam itu, sesungguhnya ia benar-benar telah diharamkan (untuk mendapat kebaikan)”. HR. Nasa’i dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albany.

3. Mempelajari hukum-hukum yang berkenaan dengan puasa.

Mulai dari cara yang benar dalam penentuan hari pertama bulan Ramadhan, batas awal mulai kita berpuasa; apakah dimulai sejak apa yang diistilahkan banyak orang dengan imsak atau dimulai sejak terbitnya fajar shadiq. Mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah yang mulia ini, tentunya dengan melandaskan seluruh hokum tersebut di atas dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits yang sahih. Serta menghindari segala amalan yang hanya dilandaskan atas “katanya”, warisan nenek moyang atau semata-mata mengikuti kebiasaan yang umum di masyarakat.

4. Bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla

Bulan Ramadhan adalah bulan yang full ibadah. Agar kita bisa bersemangat untuk menjalaninya, selain tentunya dengan taufik dari Allah ta’ala, kita perlu membersihkan diri kita dari kerak-kerak dosa yang kerap mengakibatkan kita malas beribadah. Caranya adalah dengan bertaubat nasuha.

 

Ditulis di Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 24 Sya’ban 1432 / 25 Juli 2011
Penulis:
Abdullah Zaen, Lc, M.A.
Artikel www.tunasilmu.com


[1] Disarikan dari Hâkadzâ Kâna an-Nabiy shallallahu’alaihiwasallam fî Ramadhân karya Faishal bin ‘Ali (hal. 11-15) dengan berbagai tambahan.

Leave a Comment