Serial Fiqih Doa dan Dzikir No 152: ANTARA ISTIGHFAR, TAUBAT DAN TAUHID*

Dalam banyak dalil, kita melihat Allah ta’ala menggandengkan antara perintah untuk beristighfar dan bertaubat. Contohnya ayat berikut ini,

وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ

Artinya: Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Rabbku Maha Penyayang, Maha Pengasih”. QS. Hud (11): 90.

Masih banyak ayat yang senada. Misalnya dalam QS. Hud (11): 2, 52 dan 61.

Ini menunjukkan adanya korelasi yang erat antara istighfar dan taubat. Sebuah keterangan menarik dibawakan Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) dalam Madârij as-Sâlikîn tentang makna istighfar dan taubat, bila keduanya digandengkan.

Istighfar adalah meminta perlindungan dari keburukan dosa yang telah terjadi. Sedangkan taubat bermakna kembali dan meminta perlindungan dari keburukan yang dikhawatirkan bakal terjadi di masa mendatang. Berupa akibat buruk perbuatan yang pernah dilakukan. Ampunan Allah akan melindungi kita dari efek buruk dosa yang telah lampau. Sedangkan taubat akan mewujudkan apa yang kita sukai dan harapkan berupa maslahat atau kebaikan di masa mendatang.

Selain itu, terkadang istighfar dan taubat juga disebutkan bersamaan dengan tauhid. Contohnya firman Allah ta’ala berikut ini,

أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ . وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

Artinya: Janganlah menyembah selain Allah. Sungguh aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira (dari-Nya untuk kalian). Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian dan bertaubatlah kepada-Nya. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepada kalian hingga waktu yang telah ditentukan. Dia akan memberi karunia kepada setiap orang yang berbuat baik. Jika kalian berpaling, maka sungguh, aku khawatir kalian akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (Kiamat)”. QS. Hud (11): 2-3.

Juga dalam hadits qudsi berikut ini,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ، وَلاَ أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلاَ أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam sungguh selama engkau mau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan ampuni dosa-dosamu. Aku tidak hiraukan. Wahai anak Adam, andaikan dosa-dosamu menumpuk sampai ke langit, lalu engkau memohon ampunan pada-Ku, niscaya akan Kuampuni. Aku tidak hiraukan. Wahai anak Adam, andaikan engkau menghadap pada-Ku dengan membawa dosa sebesar bumi, namun Engkau tidak berbuat syirik, niscaya Aku akan mendatangimu dengan membawa ampunan sebesar bumi pula”. HR. Tirmidziy dan dinilai hasan oleh al-Albaniy.

Hadits ini mengandung tiga sebab agung pengampunan dosa. Pertama: Doa dan harapan kepada Allah. Kedua: Istighfar. Ketiga: Tauhid, dan ini adalah sebab terbesar diampuninya dosa. Siapa yang kehilangan tauhid, maka ia akan kehilangan ampunan. (Baca: QS. An-Nisa: 48, 116).

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 3 Sya’ban 1440 / 8 April 2019

Leave a Comment