Silsilah Fiqih Pendidikan Anak #95: Anak dan Olahraga Bagian 1

Islam adalah agama yang sempurna lagi menyeluruh. Meliputi semua aspek kehidupan manusia. Islam juga menghasung pemeluknya untuk menjadi kuat dan sehat, baik secara rohani maupun jasmani. Sebab kekuatan dan kesehatan adalah salah satu modal besar untuk beramal salih, dan beraktifitas duniawi maupun ukhrawi.

Dalam sebuah ayat, Allah ta’ala bercerita tentang raja Thalut. Dikisahkan bahwa Bani Israil meminta dikaruniai pemimpin perang untuk mengalahkan musuh mereka; Jalut. Mereka memiliki paradigma bahwa sosok pemimpin haruslah seorang yang kaya raya. Namun ternyata paradigma itu dibantah Nabi mereka,

“وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ “

Artinya: “Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja kalian”. Mereka menjawab, “Bagaimana mungkin Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dibanding dia, dan dia tidak dikaruniai kekayaan yang banyak?”. (Nabi mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi (raja) kalian dan menganugerahinya kelebihan ilmu dan fisik.” QS. Al-Baqarah (2): 247.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ”.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dan masing-masing memiliki kebaikan“. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Nabi shallallahu’alaihiwasallam memuji seorang mukmin yang kuat dibandingkan mukmin yang lemah. Para ulama menafsirkan bahwa “kuat” yang dimaksud di sini adalah kekuatan keyakinan dan keimanan. Namun itu tidak menghalangi masuknya kekuatan fisik juga. Sebab redaksi haditsnya bersifat umum.

Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

“أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ، أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ، أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ”

“Ketahuilah bahwa kekuatan itu memanah. Kekuatan itu memanah. Kekuatan itu memanah!”. HR. Muslim dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu.

Bahkan beliau pernah balapan lari dengan istrinya. Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan,

أَنَّهَا كَانَتْ مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فِى سَفَرٍ قَالَتْ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ عَلَى رِجْلَىَّ، فَلَمَّا حَمَلْتُ اللَّحْمَ سَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِى، فَقَالَ: هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ”

“Beliau pernah bepergian bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di tengah perjalanan mereka berdua balapan lari. Dan saat itu Aisyah yang menang. Namun di lain kesempatan, saat Aisyah mulai gemuk badannya, mereka berdua balapan lagi, ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lah yang menang. Beliau bersabda, “Satu sama!”. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albaniy.

Bersambung…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 3 Ramadhan 1438 / 29 Mei 2017

Leave a Comment