Surat Terbuka Untuk Para Istri (Bagian 14): HIKMAH DI BALIK MASALAH

“HIKMAH DI BALIK MASALAH”[1]

Para istri yang mulia…

Sesungguhnya Allah ta’ala tidaklah menghendaki kesempurnaan dalam hidup ini. Sehingga wajar jika tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Dunia adalah negeri yang penuh dengan ujian dan kesulitan. Semua orang tentu menghendaki kesuksesan dan kebahagiaan hidup rumah tangga. Tetapi kenyataannya tidak semua dari kita berhasil meraihnya. Kadang, seorang istri harus menerima kenyataan bahwa ia telah menikah dengan seorang pria yang jauh dari harapan. Sangat berbeda dengan sosok suami yang dulu ia harapkan. Ataupun sebaliknya.

Sebagian dari kita harus menerima kenyataan pahit berupa berbagai macam problematika yang merobek-robek kebahagiaan rumah tangganya.

Namun, sebagai seorang mukmin kita harus meyakini bahwa segala apa yang terjadi atas diri kita dalah ketetapan takdir Allah. Di balik semua itu pasti terkandung hikmah-hikmah, baik yang bisa kita baca maupun yang tidak mampu kita cerna. Dan apapun yang ditetapkan Allah atas seorang mukmin pasti membawa kebaikan baginya. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ اللهَ لَمْ يَقْضِ قَضَاءً، إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ”

“Alangkah menakjubkannya kondisi seorang mukmin. Sungguh Allah tidaklah menakdirkan sesuatu, melainkan hal itu baik untuknya”. HR. Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahua’nhu dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban serta al-Albany.

Hikmah di balik problematika rumah tangga antara lain:

1. Adakalanya hal itu menjadi kesempatan untuk menambah timbangan pahala.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan untuknya, niscaya Allah akan menimpakan musibah (sebagai ujian) untuknya”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu.

Kadangkala seorang wanita telah berusaha untuk menjadi istri yang salihah dan ia telah mengerahkan segala kemampuannya untuk menjadi sosok istri idaman. Namun ternyata ia dapati suaminya tidak seperti yang diharapkan. Ia tidak memberikan tanggapan yang positif dan tidak memiliki itikad baik dalam mempergauli istrinya. Apabila menghadapi kondisi seperti ini, hendaknya kita sadar bahwa kita sedang diuji Allah. (Baca: QS. Al-Furqan: 20).

Dan apabila kita mampu bersabar dalam melayani suami serta tetap berbuat baik padanya, maka ketahuilah bahwa balasan dari Allah itu tiada batasnya. Allah ta’ala berfirman,

“إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ”

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. QS. Az-Zumar (39): 10.


Para istri yang mulia…

Banyak hikmah di balik problematika rumah tangga. Antara lain:

2. Adakalanya hal itu merupakan peringatan dari Allah atas maksiat yang kita lakukan.

Allah ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya: “Musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)”. QS. Asy-Syura (42): 30.

Musibah tersebut bisa jadi menimpa kita atau orang-orang terdekat kita. Sebagaimana dikatakan oleh seorang ulama salaf, “Sungguh aku bisa merasakan akibat perbuatan maksiat, dari perilaku istri dan hewan tungganganku”.

Tabiat dasar manusia adalah: lalai. Ketika seorang dikaruniai kelapangan hidup oleh Allah, rezeki yang cukup, badan yang sehat, suami yang baik dan anak-anak yang menyenangkan; maka ia pun lupa. Ia melalaikan hak-hak Allah, merasa aman berbuat maksiat, lalai dari berdzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya. Segala kemudahan hidup tadi menyebabkan ia seakan tidak butuh kepada Allah.

Maka ketika itu Allah ta’ala menurunkan musibah dan cobaan. Muncullah berbagai macam problematika. Suami yang biasanya lembut berubah menjadi kasar, anak yang biasanya menurut tiba-tiba menjadi sulit diatur, yang selalu sehat mendadak sakit, rezeki tau-tau seret dan lain sebagainya.

Ini merupakan peringatan dari Allah ‘azza wa jalla. Sehingga hamba mau kembali dan merasa butuh kepada-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah menyampaikan sebuah petuah yang amat berharga dalam sabdanya,

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَيْهِ فِي الرَّخَاءِ، يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

“Jagalah Allah; niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah; niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Ingatlah Allah di saat engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu di saat engkau susah”. HR. Ahmad dari Ibn Abbas radhiyallahu’anhuma dan dinilai sahih oleh adh-Dhiya’ dan al-Albany.

Oleh karena itu, apabila terjadi masalah dalam rumah tangga, hendaklah kita memeriksa kembali hubungan kita dengan Allah ta’ala. Dekatkan diri kepada-Nya dengan meningkatkan ibadah dan bertaubat dari perbuatan maksiat.


Para istri yang mulia…

Banyak hikmah di balik problematika rumah tangga. Antara lain:

3. Kita dapat memandang dunia dengan pandangan yang hakiki.

Salah satu bukti kesempurnaan iman seorang muslim adalah ia meyakini bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah ta’ala. Terlebih lagi dalam kehidupan dunia ini, tidak ada sesuatupun yang sempurna. Sebesar apapun kebahagiaan yang dirasakan seorang insan pasti tetap ada cacat dan kurangnya. Dan sebesar apapun musibah yang menimpa seorang insan, pasi tetap ada nikmat lain yang layak ia syukuri.

Dunia adalah tempat kekurangan. Begitulah realitanya. Di dunia ini, hidup pasti diakhiri dengan kematian. Masa muda pasti diiringi dengan masa tua. Sehat pasti diiringi dengan datangnya sakit. Kegembiran selalu diiringi dengan kesedihan. Kebahagiaan pasti diselingi dengan kepedihan. Kelapangan mesti diiringi dengan kesusahan. Dan pertemuan niscaya diakhiri dengan perpisahan.

Semua keadaan ini jelas sangat berbeda dengan kondisi di alam akhirat. Di dalam surga seorang akan terus hidup dan tidak akan mati. Akan tetap muda dan tidak pernah tua. Selalu sehat dan tidak akan pernah sakit. Senantiasa merasakan kebahagiaan tanpa mengalami kesusahan. Dan mereka selalu mendapat kenikmatan tanpa pernah merasakan penderitaan.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

«يُنَادِى مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا». فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ: (وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ)».

“Sesosok penyeru berkata (kepada para penghuni surga): “Sungguh kalian akan sehat terus dan tidak akan pernah sakit. Kalian akan hidup selamanya dan tidak akan pernah mati. Kalian akan selalu muda dan tidak akan pernah tua. Serta kalian akan terus merasakan kenikmatan dan tidak akan pernah menderita”. Inilah maksud firman Allah, “Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepada kalian, karena apa yang telah kalian kerjakan”. QS. Al-A’raf (7): 43”. HR. Muslim dari Abu Sa’id al-Khudry dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma.

Oleh karena itu, seorang yang beriman, manakala ditimpa musibah dan berbagai macam problematika kehidupan rumah tangganya, ia dapat memandang dunia ini dengan pandangan yang hakiki. Dan ia semakin bisa membayangkan betapa manisnya negeri akhirat, yang tidak ada kesusahan, kepayahan dan pertikaian. Maka merekapun terus bersabar dan beramal, karena merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 13 Dzulhijjah 1433 / 29 Oktober 2012

 


[1] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 172-175).

[2] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 175-176) dengan sedikit tambahan.

[3] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 177-178) dengan sedikit tambahan.

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply