Serial Fiqih Pendidikan Anak No 3: ANAK, PERHIASAN SEKALIGUS UJIAN

Alangkah indahnya minum teh dengan ditemani sepiring pisang goreng beserta istri, sambil melihat anak-anak bermain riang gembira. Sulit digambarkan dengan kata-kata! Ya, tidak diragukan lagi bahwa anak merupakan salah satu perhiasan dunia terindah. Rasa penat bekerja seharian seakan lenyap tak berbekas, saat pulang ke rumah bercengkerama dan bersenda gurau dengan anak-anak. Itulah perhiasan dunia!

Read more

Beretika dan Bermodal

PROLOG

Mas, apa hukum ngumpul-ngumpul di keluarga orang yang meninggal?”, tanya seorang awam kepada temannya yang menurut dia lebih paham agama, karena terlihat rajin ngaji.
“Haram!” jawabnya dengan tegas.
“Dalilnya apa?”.
Eemm, apa ya? Ntar saya tanyakan dulu ke Ustadzku”.
“Terus kalo Yasinan dan Tahlilan, hukumnya apa?”.
“Bid’ah!”.
Kalo yang ini dalilnya apa?”.
Eemm, apa ya? Saya ngajinya gitu lo. Coba ntar tak tanyakan lagi ke Ustadzku”.
Demikian obrolan antara dua orang kawan berakhir.

Read more

Serial Fiqih Pendidikan Anak No 2: ANAK, SEBUAH NIKMAT BESAR

Terlampau banyak nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Saking banyaknya, hingga kita tidak mungkin bisa menghitungnya. Dan seringkali kita lalai serta tidak menyadari betapa besar nikmat tersebut. Nikmat itu baru terasa manakala lenyap.

Dahulu orang bijak mengatakan, “Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang sehat. Tidak ada yang bisa melihat mahkota tersebut, kecuali orang-orang sakit”.

Read more

Tinggal di Rumah Hantu, Siapa Mau?

Alhamdulillâhi wahdah, wash shalalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh.

Siapapun menginginkan memiliki rumah yang tentram dan nyaman. Sayangnya, dalam usaha untuk mewujudkan hal tersebut, kebanyakan orang baru sekedar melakukan hal-hal yang bersifat duniawi belaka. Yakni dengan mendirikan bangunan yang megah dan melengkapinya dengan seabreg fasilitas penunjang. Selama tidak berlebihan, sebenarnya hal itu boleh-boleh saja. Namun yang memprihatinkan, mereka lupa bahwa inti kenyamanan dan ketentraman rumah sebenarnya justru bersumber dari ketenangan hati penghuninya. Yang itu akan dicapai manakala mereka rajin beribadah dan memanfaatkan tempat tinggalnya untuk hal-hal yang diridhai Allah.

Apa saja yang perlu kita lakukan di rumah kita, supaya tempat tinggal tersebut nyaman dan damai? Juga agar rumah kita tidak menjadi tempat favorit para setan dan ‘hantu’?

1. Mengucapkan salam sebelum[1] masuk rumah.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ “…وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلَامٍ…”.

Dari Abu Umamah al-Bahily radhiyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam bersabda, “Tiga orang yang dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla; (Beliau menyebutkan yang ketiga adalah) … orang yang memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam…”. HR. Abu Dawud dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim. An-Nawawy menyatakan hadits ini hasan.[2]

Catatan:

Salam kita ucapkan, baik di dalam rumah ada orang maupun tidak.[3] Sebab Allah ta’ala berfirman,

“فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً”.

Artinya: “Apabila kalian memasuki rumah-rumah hendaklah kalian memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah”. QS. An-Nur: 61.

Read more

Surat terbuka untuk para istri (Bagian 7): KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ISTRI

Surat Ketujuh:

“KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA”[1]

Saudariku…

Banyak kunci sukses membina rumah tangga, di antaranya:

1. Mengenali karakter pasangan

Di antara perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan: berusaha mengenali karakter pasangan semampunya. Apa saja yang disukainya dan apa saja yang dibencinya. Sebab, dengan mengenali sifat dan karakter suamimu, akan tergambar di hadapanmu langkah-langkah yang jelas yang harus engkau ambil dalam berinteraksi dengannya.

Berikut beberapa tipe suami beserta solusi untuk menghadapinya:[2]

1. KERANJINGAN KERJA

Tipe suami seperti ini lebih mengutamakan pekerjaan daripada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tak heran jika waktu yang tersedia untuk keluarga sangatlah sedikit. Ia adalah seorang pekerja keras. Suami yang keranjingan kerja (workaholic) umumnya memiliki ego yang tinggi. Ia berpikir, toh semua demi kesejahteraan keluarga.

SOLUSI

Tak ada kata lain selain sabar. Carilah saat tepat untuk menyampaikan uneg-uneg Anda. Misalnya, menjelang tidur saat ia sudah dalam keadaan relaks. Katakan bahwa Anda dan anak-anak mengkhawatirkan kesehatannya yang terlalu diforsir untuk urusan pekerjaan, dan mengajaknya untuk berlibur di akhir pekan. Anda memang harus aktif. Ingatkan suami bahwa, sesibuk apa pun, ia harus menyempatkan diri bersama keluarga. Yang terpenting adalah komunikasi.

Read more

Surat terbuka untuk para istri (Bagian 6): MERANCANG KEBAHAGIAAN SEBELUM PERNIKAHAN

“MERANCANG KEBAHAGIAAN SEBELUM PERNIKAHAN”

Saudariku…

Kebahagiaan rumah tangga perlu dirancang dan dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum pernikahan. Bagi saudariku para muslimah yang belum menikah, Anda masih mempunyai kesempatan lebih lapang guna banyak belajar. Adapun Anda yang telah menikah dan memiliki putri yang telah beranjak dewasa, Anda perlu mempersiapkan sebaik-baiknya sang buah hati untuk menuju ke pelaminan.

Di antara bentuk persiapan itu adalah:

1. Perbaikilah diri dan berhiaslah dengan pakaian takwa

Inilah persiapan pertama dan utama. Sebab laki-laki yang baik dipersiapkan Allah untuk wanita yang baik, begitu pula wanita yang baik dipersiapkan untuk dianugerahkan buat laki-laki yang baik.

“الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ”.

Artinya: “Perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula)”. QS. An-Nur: 26.

Read more

Surat terbuka untuk para istri (Bagian 5): HAKIKAT KEBAHAGIAAN

“HAKIKAT KEBAHAGIAAN”

Para istri yang terhormat…

Rumah tangga yang bahagia adalah idaman setiap orang. Namun bila ditanyakan, “Apa itu bahagia?”. Mungkin pertanyaan ini sulit kita jawab. Sebab, kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa dirasakan, namun sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat maknawi, sebuah perasaan yang lahir dalam hati, membawa berjuta makna.

Kebahagiaan dapat dirasakan oleh siapa saja. Kebahagiaan bukanlah monopoli orang yang berduit saja.

Berapa banyak pasangan suami istri yang siang malam diperbudak oleh hartanya, sehingga hubungan cinta kasih di antara mereka terasa sangat gersang. Bahagiakah kehidupan seperti itu?

Read more

Surat terbuka untuk para istri (bagian 4): KITA PERLU BELAJAR DAN TERUS BELAJAR

“KITA PERLU BELAJAR DAN TERUS BELAJAR”

Para istri yang semoga senantiasa dirahmati Allah…

Ilmu laksana cahaya. Orang yang tidak memiliki ilmu akan hidup dalam kegelapan. Tidak mengetahui jalan manakah yang seharusnya ditempuh, juga tidak mengerti langkah apa yang diambil tatkala menghadapi masalah. Karena itulah kebutuhan kita terhadap ilmu melebihi kebutuhan kita akan makan dan minum.

Kebaikan hidup dunia dan akhirat hanya dapat diraih, salah satunya dengan ilmu agama. Rasulullah shallallahu‘alaihiwasallam menjelaskan,

“مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ”.

“Barang siapa yang Allah kehendaki untuknya kebaikan; niscaya Allah akan jadikan ia paham agamanya”. HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Read more

surat terbuka untuk para istri (bagian 3): RUMAH TANGGA ADALAH AMANAH

Para istri yang mulia…

Di satu sisi rumah tangga adalah nikmat. Namun di sisi lain rumah tangga merupakan amanah dan tanggung jawab yang harus dipikul sebaik-baiknya. Karena hal itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,

“أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ”.

“Ketahuilah, kalian semua adalah penanggungjawab dan seluruh kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Pemerintah merupakan penanggungjawab dan ia akan ditanya tentang rakyatnya. Seorang lelaki penanggungjawab atas keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita penanggungjawab atas anak-anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak penanggungjawab atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang itu. Ketahuilah, kalian semua adalah penanggungjawab dan seluruh kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya”. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma.

Read more