KEMATIAN POTRET KEBIASAAN

Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Salah satu karunia terindah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah: husnul khâtimah. Yakni: menutup kehidupan dengan kebaikan. Sehingga tidak heran bila semua orang berharap mendapatkan karunia istimewa tersebut. Namun hal yang terkadang belum disadari oleh banyak orang adalah: bahwa husnul khâtimah itu harus diupayakan. Bukan didapatkan secara cuma-cuma, atau sekedar dengan penantian belaka.

Salah satu bentuk ikhtiar untuk meraih husnul khâtimah adalah: merutinkan kebaikan dan mengistiqamahkannya dalam kehidupan. Sebab kita tidak tahu kapan malaikat maut datang mencabut nyawa. Jika kita sudah terbiasa rutin melakukan amal salih, maka potensi untuk wafat saat sedang melakukan amal salih itu terbuka lebar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا، وَإِنْ قَلَّ»

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang rutin dilakukan, sekalipun itu sedikit”. HR. Bukhari (no. 6464) dan Muslim (no. 783) dari Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Hadits di atas bukan sedang melarang kita beramal banyak-banyak. Namun sedang mengajak untuk mulai beramal dengan kadar yang kita mampu—sekalipun sedikit—lalu berupaya untuk merutinkannya. Setelah terbiasa, baru kemudian kita tingkatkan volumenya. Sebab orang yang baru mulai beramal, lalu dia memaksakan diri langsung banyak, biasanya akan kaget, merasa keberatan dan mungkin kapok. Akibatnya malah bakal dia tinggalkan.

Maka rutinkanlah menghadiri pengajian, menunaikan shalat lima waktu, berbakti kepada orang tua, bertutur kata baik, membaca al-Qur’an, serta amal-amal salih lainnya. Semoga saat diwafatkan Allah, kita sedang menjalankan kebaikan itu.

Imam Ibn Katsir rahimahullah (w. 774 H) menjelaskan, “Barang siapa yang memiliki suatu kebiasaan; niscaya ia berpotensi untuk wafat saat menjalankan kebiasan tersebut”.

Selain itu, kita juga harus berusaha sekuat tenaga untuk menghindari keburukan, terlebih menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Sekecil apapun keburukan tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan,

«إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ»

“Jauhilah dosa-dosa yang dianggap remeh. Sungguh bila itu menumpuk, niscaya bakal membinasakan pelakunya”. HR. Ahmad (no. 3818) dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dan isnadnya dinilai baik oleh al-‘Irâqiy. Sedangkan al-Albaniy mengatakan hadits ini sahih lighairihi.

Sebab orang yang terus menerus melakukan maksiat, maka ia berpeluang untuk dicabut nyawanya saat tengah menjalankan maksiat tersebut. Na’ûdzu billâh min dzâlik.

Entah maksiat itu dilakukan terang-terangan di depan khalayak, ataupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi di kamar sendiri. Entah itu dosa yang dikerjakan oleh anggota tubuh kita seperti mata, telinga, mulut, tangan dan kaki. Ataupun dosa yang tersimpan di dalam hati, semisal riya’, iri, sombong dan lain-lain.

Memang tidak ada manusia biasa yang suci dari dosa. Namun kita tertuntut untuk berupaya maksimal menjauhinya. Dengan cara menjauhi orang, tempat, acara dan benda yang berpotensi menyeret kita kepada maksiat.

Jika sudah berusaha maksimal menjauhi dosa, tapi tetap saja terjerumus, maka solusinya adalah bersegera untuk menebusnya dengan taubat dan amal salih. Lakukan saat itu juga, tanpa ditunda-tunda. Sebab kita ‘berkejaran’ dengan malaikat maut. Bila kita bergegas untuk bertaubat dan beramal salih, lalu saat itu nyawa kita dicabut, maka semoga itu pertanda husnul khâtimah. Sebab aktivitas terakhir kita sebelum mati, adalah taubat dan amal salih, bukan maksiat.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 8 Shafar 1445 / 25 Agustus 2023

AGEN KEBAIKAN
REG:NAMA#JENIS KELAMIN#KOTA = 0812-2291-0404

Facebook
www.facebook.com/UstadzAbdullahZaen/

Telegram
https://t.me/ustadzabdullahzaen

Soundcloud
https://soundcloud.com/ustadzabdullahzaen

Instagram
https://www.instagram.com/abdullahzaenofficial/

Youtube
https://www.youtube.com/c/ustadzabdullahzaenma