Pamer Harta

PAMER HARTA

Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Salah satu tabiat dasar manusia adalah suka pujian. Sekalipun itu pujian palsu. Contohnya seorang nenek yang dipuji temannya bahwa semakin tua ia semakin cantik. Ia akan senang dan tersipu-sipu, sekalipun hati kecilnya menyadari bahwa itu adalah pujian palsu.

Nah, demi mendapatkan pujian tersebut, banyak cara dilakukan oleh manusia. Di antaranya adalah pamer. Yakni memamerkan kelebihan yang dimilikinya. Seperti harta, ilmu, nasab, jabatan dan lain-lain. Kali ini yang akan dibahas adalah pamer harta.

Antara Nabi Sulaiman dan Qarun

Sejak dahulu kala orang kaya sudah ada di muka bumi ini. Contohnya: Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dengan bala tentara dan istananya yang legendaris. Juga Qarun sang triliuner yang hidupnya berakhir tragis. Kedua orang ini sama-sama super kaya. Yang membedakan antara keduanya adalah: Nabi Sulaiman namanya harum di dunia dan kelak di akhirat akan masuk surga. Sedangkan Qarun, di dunia, ia dan seluruh hartanya dibenamkan oleh Allah ke perut bumi dan kelak bakal dijebloskan ke neraka.

Mengapa bisa demikian?

Pertama: Siapa Sang Pemberi Karunia?

Nabi Sulaiman dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa semua karunia yang dimilikinya itu dari Allah ta’ala semata. Kata beliau, “Ini adalah karunia dari Rabbku”. QS. An-Naml (27): 40.

Adapun Qarun, maka ia mengklaim bahwa kekayaannya itu semata-mata bersumber dari kecerdasannya dalam mengelola harta. Dia berkata, “Sesungguhnya harta ini kuperoleh semata-mata karena kepandaianku dalam berusaha”. QS. Al-Qashash (28): 78.

Kedua: Bersyukur atau Kufur?

Nabi Sulaiman senantiasa bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut [QS. An-Naml (27): 19]. Sedangkan Qarun sebaliknya, ia kufur kepada Allah dan senantiasa memamerkan serta menyombongkan kekayaannya kepada khalayak. Sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya,

“فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ”

Artinya: “Ia keluar (dari rumahnya) mendatangi kaumnya dengan kemegahan (yang dipamerkannya)”. QS. Al-Qashash (28): 79.

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa saat keluar rumah, Qarun memamerkan pakaiannya yang mewah, kendaraannya yang megah, disertai puluhan ribu pengiring.

Jadi, memamerkan harta—entah itu di dunia nyata maupun di dunia maya (medsos)—adalah virus jahat yang harus diwaspadai dan diobati. Sebab akibat buruknya akan dirasakan bukan hanya di dunia, namun juga kelak di akhirat. Di dunia akan memunculkan hasad atau iri dari orang lain, juga berpotensi terkena dampak buruk pandangan jahat ‘ain, serta menyakitkan hati orang-orang yang tak mampu. Adapun di akhirat terancam siksa neraka. Sebab kesombongan walaupun sebesar debu akan mengakibatkan seseorang gagal masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam HR. Muslim.

Bukan Berpenampilan Lusuh

Seluruh keterangan di atas bukan berarti menyuruh orang-orang kaya berpenampilan lusuh dan kotor. Sebab Allah senang bila karunia nikmat-Nya nampak terlihat dari penampilan seseorang. Tentu dengan catatan tidak berlebihan dan tujuannya bukan untuk menyombongkan diri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ»

“Sesungguhnya Allah suka manakala nikmat yang dikaruniakan pada hamba-Nya terlihat dari penampilannya”. HR. Tirmidziy (no. 2819) dan dinilai hasan oleh beliau.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 12 Rabi’uts Tsani 1444 / 7 Nopember 2022