Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 200 – Aturan Saat Mimpi Baik

Mimpi adalah suatu kejadian yang pernah atau sering dialami oleh rata-rata manusia saat mereka tidur. Jenisnya pun beragam. Ada mimpi baik, mimpi buruk dan adapula bunga tidur. Sayangnya walaupun kita kerap mengalaminya, belum banyak orang yang mengetahui aturan Islam terkait hal ini.

Sebagai agama yang sempurna, ajaran Islam ternyata juga memiliki aturan main terkait urusan mimpi. Mari kita menyimak hadits-hadits berikut ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا، فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا»

“Jika salah seorang dari kalian bermimpi melihat sesuatu yang disukainya, sungguh itu dari Allah. Maka hendaklah ia memuji Allah atas mimpi tersebut dan menceritakannya”. HR. Bukhari (no. 6985) dari Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Beliau juga menambahkan,

«الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلاَ يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ»

“Mimpi baik itu dari Allah. Barang siapa di antara kalian bermimpi baik, hendaklah ia tidak menceritakannya kecuali kepada orang yang dicintainya”. HR. Bukhari (no. 7044) dan Muslim (no. 2261) dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu.

Dari hadits di atas dan nas-nas lainnya, bisa disimpulkan bahwa aturan saat bermimpi baik adalah sebagai berikut:

Pertama: Senang dan Tidak Tertipu

Ketika bermimpi baik, seyogyanya muslim merasa senang dan bergembira. Namun ia tidak boleh tertipu dan besar kepala. Demikian arahan sebagian ulama salaf. Misalnya seseorang mimpi masuk surga. Maka mimpi ini harus menjadi motivasi untuk semakin giat beramal salih. Bukan malah sebaliknya, membuat malas beramal, dengan asumsi bahwa ia sudah pasti masuk surga.

Konon Ibn Sirin rahimahullah pernah ditanya tentang takwil seratus mimpi. Semuanya tidak ada yang dijawabnya. Namun beliau hanya berkata, “Bertakwalah kepada Allah. Jalankanlah kebaikan. Sungguh apa yang kau lihat dalam mimpimu tidak akan membahayakanmu”.

Kedua: Memuji Allah

Sebab mimpi baik tersebut merupakan karunia dari Allah ta’ala. Maka sangat wajar bila kita bersyukur kepada-Nya atas karunia mimpi yang menyenangkan itu. Datangnya mimpi itu bisa tujuannya adalah memberikan kabar gembira atas kebaikan yang akan didapatkan, atau peringatan dari keburukan yang mungkin bisa menimpanya, atau arahan untuk memilih langkah yang semestinya diambil saat ia butuh mengambil keputusan.

Ketiga: Menceritakannya kepada orang yang baik

Ketika bermimpi baik, seyogyanya muslim menceritakan mimpi tersebut kepada orang-orang baik. Yaitu mereka yang telah dikenalnya biasa saling memotivasi dan membantu dalam kebaikan. Sehingga mimpi baik itu menjadi sebab bertambahnya kebaikan dan istiqamah dalam menjalankannya.

Keempat: Tidak menceritakannya kepada orang yang tidak baik

Saat ingin menceritakan mimpi baik tersebut, seharusnya muslim tidak sembarangan dalam memilih orang yang akan diceritainya. Supaya tidak mengakibatkan hal-hal yang tak diinginkan. Seperti munculnya hasad, iri, dengki dan yang semisal.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 30 Dzulqa’dah 1444 / 19 Juni 2023

Disusun oleh Abdullah Zaen dari berbagai referensi antara lain: Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (III/92-94), الفرق بين الحلم والرؤيا ، وهل هناك رؤى تحذيرية ؟ – الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info) dan lainnya .

AGEN KEBAIKAN
REG:NAMA#JENIS KELAMIN#KOTA = 0812-2291-0404

Facebook
www.facebook.com/UstadzAbdullahZaen/

Telegram
https://t.me/ustadzabdullahzaen

Soundcloud
https://soundcloud.com/ustadzabdullahzaen

Instagram
https://www.instagram.com/abdullahzaenofficial/

Youtube
https://www.youtube.com/c/ustadzabdullahzaenma