Surat Terbuka Untuk Para Istri (Bagian 11): Senantiasa Menjaga Hak-hak Suami

1. Senantiasa menjaga hak-hak suami

Istri idaman menyadari besarnya hak suami atas dirinya, dan ia bersungguh-sungguh untuk menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Dalam hadits digambarkan hak suami:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ الْحَقِّ

“Andaikan aku diperkenankan untuk memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku akan memerintahkan para wanita untuk sujud kepada suami mereka. Dikarenakan hak para suami yang telah Allah tetapkan atas para istri mereka”. HR. Abu Dawud dari Qais bin Sa’ad, dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.

Berikut hak-hak yang perlu diperhatikan:

– Tidak boleh menolak apabila suami mengajak untuk berhubungan intim, baik dengan kata-kata maupun dengan tindak-tanduk.

– Wajib mentaati suami, mendahulukan perintahnya atas perintah orang lain, selama perintah tersebut bukan berupa maksiat kepada Allah.

– Menjaga kehormatan diri, apalagi manakala suami sedang tidak ada di rumah.

Janganlah berpuasa sunnah, kecuali dengan seizinnya. Hal itu demi menjaga hak suami, berupa hubungan intim.

لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ وَلَا تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa dalam keadaan suaminya ada, melainkan dengan izin darinya. Dan janganlah ia mengizinkan seorangpun masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izin darinya”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah.

– Tidak menyebarkan hubungan intim yang terjadi antara suami istri. Itu sama saja dengan membuka aurat dan merobek tirai hubungan suami istri yang suci. Dalam hadits digambarkan perumpamaan orang yang melakukan itu,

فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Sungguh perumpamaan perbuatan tersebut seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu menunaikan hajat biologisnya di situ, dan orang-orang melihatnya ”. HR. Ahmad dari Asma’ bintu Yazid dan dinilai dha’if oleh al-Albany.

 

2. Pandai mensyukuri suami

Sedikit para istri yang memiliki sifat mulia ini. Banyak wanita yang kurang pandai membaca kelebihan yang ada pada diri suaminya, sehingga kekuranganlah yang selalu tampak di hadapan matanya. Sebaliknya mereka gemar mencari-cari kekurangan suaminya, sehingga segala kelebihan yang ada tidak berarti baginya.

Saudariku, jauhilah sifat seperti ini!

Kita tentu tahu, bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah ta’ala. Maka demikian juga, di dunia ini tidak ada suami yang sempurna. Sebanyak apapun kelebihan yang ada pada suami kita, kekurangan pastilah ada. Dan sebanyak apapun kekurangan yang ada pada diri suami kita, tetap saja ia memiliki kelebihan. Lihatlah keistimewaan yang telah Allah anugerahkan kepada suamimu dan ucapkanlah Alhamdulillah! Ketahuilah, masih banyak wanita-wanita yang suami mereka tidak memiliki keistimewaan seperti itu.

Dan apabila suamimu memiliki kekurangan, ingatlah bahwa dirimu juga punya kekurangan. Alangkah indahnya apabila kekurangan yang ada pada masing-masing pihak dapat ditutupi oleh pasangannya.

Jangan suka membanding-bandingkan suamimu dengan suami orang lain. Karena hal itu akan menyakiti hatinya dan sama sekali tidak bermanfaat bagi dirimu sendiri. Dan bisa saja ia melakukan hal yang sama terhadap dirimu.

Wanita yang tidak mensyukuri kebaikan suaminya adalah wanita calon penghuni neraka. Rasululullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيلَ: “أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟” قَالَ: “يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ”.

“Aku pernah diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Mereka kufur!. “Apakah maksudnya mereka kufur kepada Allah?” tanya seseorang. “Mereka kufur terhadap suami dan kebaikannya. Andaikan engkau telah berbuat baik padanya sepanjang masa, lalu suatu saat ia merasa sesuatu yang tidak enak, maka ia akan berkata, “Aku tak pernah merasakan kebaikan sedikitpun!” jawab beliau. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma.

 

3. Membantu suami dalam urusan dunia dan akhirat

Maksudnya adalah: siap memberikan dukungan bagi suami dalam melaksanakan segala tanggung jawab. Baik berkaitan dengan masalah duniawi seperti mencari nafkah, maupun tugas-tugas lainnya. Siap membantu baik secara lahiriyah, dengan harta ataupun tenaga. Demikian juga bantuan dalam bentuk dukungan mental, saran maupun nasehat.

Jadilah Engkau seperti Ummul Mukminin Khadijah radhiyallahu’anha. Beliau adalah sosok teladan bagi segenap istri yang salihah. Bagaimana sepak terjang beliau dalam memberi bantuan dan dukungan, baik moril maupun materil, bagi suami tercinta; Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Beliau menginfakkan hartanya demi perjuangan dakwah Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Beliau adalah sosok yang tegar, yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan perlindungan bagi dakwah sang suami.

Lihatlah bagaimana ibunda kita Khadijah radhiyallahu’anha menghibur suaminya; Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam yang ketakutan dan merasa khawatir tatkala wahyu turun pertama kali pada beliau. Khadijah berkata, “Demi Allah tidak mungkin! Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sebab engkau selalu bersilaturrahmi, meringankan beban orang lain, memberi orang lain sesuatu yang tidak mereka dapatkan kecuali pada dirimu, gemar menjamu tamu dan engkau membantu orang lain dalam musibah-musibah”. HR. Bukhari dan Muslim.

Tidak heran jika kemudian Khadijah radhiyallahu’anha mendapat kedudukan yang amat istimewa di hati Rasul shallallahu’alaihiwasallam.

Istri yang salihah akan senantiasa membantu suami dalam menaati Allah ta’ala. Keduanya saling bahu membahu untuk meraih ridha Allah dan surga-Nya. Alangkah indahnya jika hadits nabawi berikut diterapkan dalam rumah tangga kita:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ”.

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati pula seorang istri yang bangun di malam hari untuk melakukan shalat malam, lalu membangunkan suaminya. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya”. HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Al-Hakim, Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban menilainya sahih.

 

4. Menghiasi diri dengan akhlak mulia

Istri idaman adalah istri yang terkumpul pada dirinya berbagai macam akhlak yang mulia. Sehingga ia benar-benar menjadi penebar kedamaian dan aroma semerbak wangi di segenap sudut rumahnya. Dialah perhiasan dunia yang sebenarnya. Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah”. HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma.

Apa kriteria wanita salihah? Dalam hadits lain disebutkan:

“الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ”

“Istri yang salihah, adalah yang jika dilihat suaminya maka akan menyenangkan, jika diperintah akan menurut dan jika ditinggal akan menjaganya”. HR. Abu Dawud dan dinyatakan sahih oleh al-Hakim. Sedangkan al-Albany menilainya lemah.

Istri idaman itu lembut tutur katanya, santun bicaranya, tidak banyak mengeluh manakala ada permasalahan serta tidak menyebut-nyebut setiap kebaikan dan pekerjaan yang telah dilakukannya.

Istri idaman itu sopan perilakunya, sabar pembawaannya, sayang terhadap suami dan anak-anaknya, tidak banyak menuntut secara berlebihan kepada suaminya.

Istri idaman itu selalu menyambut kedatangan suaminya dengan penuh kehangatan, kata-kata yang manis dan wajah berseri-seri. Pandai memberikan kesan bahwa dia selalu merindukannya, hingga ia menjadi magnet yang bisa menarik hati suami dan membuatnya betah di rumah. Sehingga ia merasa seolah tidak mendapatkan kenyamanan itu kecuali dalam rumahnya.

Istri idaman selain berusaha memperbaiki akhlaknya, ia juga selalu berusaha menjaga penampilan lahiriahnya. Kebersihan tubuh dan pakaiannya, kerapian rambutnya, keindahan dandanannya dan keelokan tubuhnya.

Pendek kata, istri idaman adalah istri yang cantik lahir dan batin, luar dan dalam. Demikian keterangan dalam kitab ‘Aun al-Ma’bûd. Selamat mempraktekkannya!

5. Terampil dan cekatan

Ketahuilah wahai saudariku, bahwa di belakang pria hebat tentu berdiri seorang istri yang hebat pula. Seorang lelaki yang sukses dalam pekerjaannya pasti merasakan suasana yang mendorongnya kepada kesuksesan tersebut. Suasana kondusif untuk meraih kesuksesan itu adalah rumah yang tenang yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, serta istri yang senantiasa menjadi pendamping setia dan penolongnya. Membuka di hadapannya sejuta asa dalam menghadapi berbagai tugas dan pekerjaannya. Menyiapkan suasana tenang baginya sehingga ia bergairah untuk mengerjakan amal salih yang membuahkan hasil. Seorang istri yang sanggup menjadi pendamping di depan maupun di belakang.

Ia terampil mengurus rumah, terampil mengurus anak, pandai memancing selera suami dengan masakannya, dan bahkan ia juga siap membantu tugas suami jika diperlukan.

Jika Anda menginginkan suamimu sukses, maka janganlah berlaku berantakan dalam tugas-tugas rumah. Seorang istri tertuntut untuk memiliki manajemen prima.

Bayangkan! Bila setiap pagi dan petang semua barang dalam rumah tidak berada pada tempatnya. Alat-alat dapur berserakan, kamar tidur berantakan, ruang keluarga dipenuhi mainan anak, baju-baju bertumpuk di atas tempat tidur, ditambah lagi bau seprei yang menusuk hidung. Dalam keadaan seperti ini mungkinkah suamimu berpeluang meraih kesuksesan?

Mengurus pekerjaan rumah adalah tugas mulia seorang istri. Setinggi apapun gelar wanita namun di tengah keluarga dia tetap harus pandai memasak, cekatan mempersiapkan berbagai makanan dan minuman serta seni menghidangkan jamuan. Jika wanita mencari kesenangan sendiri sehingga suami yang harus menangani pekerjaan rumah tangga maka ini dikategorikan kemungkaran dan perbuatan zalim.

Bibi al-Hushain bin Mihshan mengisahkan, bahwa suatu saat Nabi shallallahu’alaihi wasallam bertanya tentang sikapnya terhadap suaminya. Dia menjawab, “Saya berusaha semaksimal mungkin untuk melayaninya kecuali manakala tidak mampu”. Maka beliaupun menimpali,

“فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ”

“Lihatlah bagaimana kedudukanmu di matanya. Sesungguhnya dia adalah surgamu dan nerakamu”. HR. Ahmad dan dinilai sahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahaby.

 

6. Memahami kondisi kejiwaan suami

Sangat penting bagi seorang istri untuk memahami kondisi kejiwaan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sehingga hal itu dapat membantunya dalam memilih sikap yang paling tepat dalam berinteraksi dengan mereka. Serta dapat menghindari sikap-sikap yang menyusahkan mereka juga perbuatan yang membuat mereka kesal.

Dan orang pertama yang harus Engkau pahami kondisi kejiwaannya adalah suamimu. Karena ia hidup bersamamu dan berbagi kehidupan denganmu. Kerahkanlah segala kemampuanmu untuk mengetahui kondisi kejiwaannya. Apakah ia sedang gembira, bersedih, bingung atau sedang banyak masalah dan seterusnya. Sebab apabila hal ini tidak Engkau perhatikan, niscaya akan berakibat buruk bagi dirimu dan juga suamimu. Karena kesalahanmu dalam bersikap akan membawa akibat yang fatal.

Sebagai contoh, andaikan suamimu dalam keadaan bergembira. Tetapi karena tidak faham, Engkau rusak kegembiraannya itu dengan sikapmu yang dingin. Atau suamimu sedang menghadapi masalah. Tetapi karena tidak faham, justru Engkau semakin membuatnya pusing dengan menyuguhkan berbagai keluhan dan tuntutan. Atau suamimu sedang bersedih, namun Engkau sama sekali tidak menunjukkan keprihatinanmu terhadap kesedihannya. Tentu saja sikap-sikap seperti ini tidaklah tepat dan akan membawa keburukan. Karena itu sangat penting bagimu untuk mengetahui kondisi kejiwaan suamimu sehingga Engkau bisa bersikap yang sebaiknya.

Contohlah ibunda kita; Aisyah radhiyallahu’anha yang begitu peka dengan perasaan suaminya tercinta; Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Dalam Shahih Bukhari diceritakan bahwa Aisyah hanya dengan melihat perubahan raut muka suaminya, beliau paham bahwa suaminya sedang tidak nyaman perasaannya. Bagaimana dengan Anda?

Di antara bentuk kelalaian istri dalam memperhatikan keadaan dan perasaan suami adalah lalai memperhatikan waktu tidur, makan, membaca buku dan lainnya.

Terkadang istri mulai membersihkan rumah, menyapu, atau memberantas serangga ketika suami sudah tiba di rumah atau ingin tidur atau makan. Hal itu menyebabkan hiruk-pikuk dan menjadikan hidung suami bersin akibat bau yang tidak sedap atau debu yang beterbangan. Pekerjaan-pekerjaan semacam ini telah melalaikan hak suami dan merupakan pertanda kebodohan, kelemahan akal dan kurang perasaan.[7] Berhati-hatilah!

 

7. Pengertian terhadap kondisi keuangan dan ekonomi suami

Salah satu problematika yang kerap kali menghadang kehidupan rumah tangga adalah masalah keuangan. Sebab rezeki orang tentu berbeda-beda. Ada suami yang berkecukupan atau bahkan berlebih. Namun ada juga yang suami yang pas-pasan atau bahkan serba kekurangan.

Istri idaman adalah seorang istri yang senantiasa menghiasi dirinya dengan sifat qana’ah (nrimo). Sesungguhnya qana’ah adalah perbendaharaan yang tak kunjung habis. Karena itu hiasilah dirimu dengan sifat tersebut, niscaya engkau akan dapat menikmati kehidupan rumah tangga bersama suamimu.

Ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam,

“مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا”

“Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu; seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya”. HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani.

Istri idaman adalah istri yang pandai mengatur keuangan. Memiliki manajemen yang dapat diandalkan. Hemat namun bukan pelit. Berhematlah, sesungguhnya manusia tidak akan pernah merasa puas dengan kebutuhan duniawinya. Seperti orang yang meminum air laut, semakin banyak ia minum maka ia semakin merasa haus dan dahaga.

Lawan dari hemat adalah boros. Yaitu melewati batas sewajarnya. Dan ini tercela dalam banyak ayat. Antara lain dalam QS. Al-Isrâ’: 27.

Berhematlah, meskipun engkau seorang yang kaya. Sebab orang kaya hari ini bisa saja berubah kondisinya pada esok hari. Sikap boros akan mengakibatkan tersia-siakannya harta dan mendapat siksa di akhirat. Sedangkan sikap hemat dan pertengahan dalam membelanjakan harta selain merupakan sebab yang bisa membahagiakan suami, juga merupakan ibadah kepada Allah.

Tapi, tentu saja seorang istri tidak boleh terlalu berhemat, sehingga cenderung pelit, lalu bisa mengganggu kesehatan keluarga.

Terakhir, ingatlah selalu, kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun pelit perasaan dan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya, namun kaya perasaan dan cinta kepada istri dan rumah tangganya. Camkanlah…

8. Siap mendampingi suami dalam suka maupun duka

Sudah merupakan sunnatullah, bahwa kehidupan dunia, termasuk bahtera rumah tangga, tidak lepas dari susah dan senang, sedih dan bahagia, musibah dan nikmat, menangis dan tertawa, sakit dan sehat, lapar dan kenyang, rugi dan untung, miskin dan kaya serta mati dan hidup. Ibarat roda, kadang di atas dan kadang di bawah. Suatu kondisi yang tidak mungkin dihindari oleh setiap insan, suami maupun istri.

Seorang istri salihah akan senantiasa meliputi suaminya dengan cinta dan doa. Lisannya ringan untuk memanjatkan doa demi kebaikan suaminya. Dan kehadiran istri salihah di sisi suaminya senantiasa membawa kebaikan. Di saat suami dalam keadaan suka, istri hadir di sisinya sebagai penambah rasa bahagia. Sebagaimana kehadiran para istri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang membahagiakan beliau.

Sebaliknya, di saat suami duka, istri hadir sebagai penghibur dan penguat hatinya. Semangat dan harapannya yang mulai pupus dapat dibangkitkan kembali oleh istri salihah yang hadir di sisinya. Ia mampu membuka sejuta asa di hadapan mata suaminya, dan menyulut kembali api semangat dalam hatinya.

Dalam hal ini kita memiliki teladan yaitu istri-istri Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Ketika beliau mendapatkan wahyu, hingga beliau ketakutan, maka Ummul mukminin Khadijah radhiyallahu ‘anha menghiburnya. Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan kejadian itu,

“Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam kembali dengan membawa firman Allah tersebut dalam keadaan hatinya takut. Beliau langsung menemui Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu’anha seraya berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku!”. Maka Khadijah pun menyelimuti beliau hingga hilanglah rasa takutnya. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menceritakan peristiwa yang barusan dialaminya. “Aku mengkhawatirkan keselamatan diriku” kata beliau.

Khadijahpun memotivasi beliau,

“كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا؛ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ“.

“Demi Allah tidak mungkin! Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sebab engkau selalu bersilaturrahmi, meringankan beban orang lain, memberi orang lain sesuatu yang tidak mereka dapatkan kecuali pada dirimu, gemar menjamu tamu dan engkau membantu orang lain dalam musibah-musibah”. HR. Bukhari (hal. 2 no. 3) dan Muslim (II/376 no. 401).

9. Piawai dalam mengurus anak

Anak-anak merupakan salah satu sumber kebahagiaan.

Namun karena kelalaian ibu, terkadang anak justru menjadi sumber masalah. Hasil penelitian membuktikan bahwa problematika rumah tangga banyak terjadi seputar masalah anak.

Sebagian ibu kurang terampil dalam mengurus anak dan kurang pandai dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sehingga mereka tidak terawat dengan baik dan imbasnya pula suami merasa tidak betah untuk tinggal di rumah dan lebih merasa nyaman berada di luar.

Bagaimana mungkin ia akan merasa nyaman, sedangkan anaknya belepotan bajunya dengan makanan dan minuman, sedang anak yang lain ingusnya mengalir ke mana-mana, tidak ketinggalan anak yang satunya menangis tiada henti. Sementara si ibu pun tidak kalah penampilan dan aromanya dibanding anak-anaknya. Dalam kondisi seperti ini, mungkinkah tercipta ketenangan dan kedamaian dalam rumah tangga?

Istri idaman adalah istri yang selalu berusaha mempelajari bagaimanakah cara menjadikan anak sebagai sebab untuk meraih kebahagiaan. Alangkah indahnya suami istri duduk bersama di rumah dengan naungan ketenangan, kedamaian dan kasih sayang. Sementara anak-anak mengitari mereka berdua dengan wajah ceria nan berseri-seri. Duhai, alangkah nikmatnya…

Jagalah selalu kebersihan anak-anakmu dan perhatikanlah kesehatan mereka. Jadilah seorang pendidik rabbani yang mampu mencetak generasi yang salih dan handal. Sebab Engkaulah madrasah (tempat belajar) pertama bagi anak-anakmu.

Pelajarilah metode pendidikan anak dalam Islam. Didiklah mereka untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam, menghormati al-Qur’an dan Hadits.

Perlu juga bagimu untuk membaca literatur tentang psikologi anak guna memahami fase-fase perkembangan mereka, sehingga Anda bisa menentukan proses pendidikan apakah yang sesuai dengan fasenya.

Pandai-pandailah Engkau menjaga kewibawaan ayah di mata anak-anakmu. Tanamkan dalam hati mereka rasa hormat dan cinta kepada kedua orang tuanya serta bagaimana cara menghormati dan mencintai keduanya.

Dengan demikian semoga anak-anakmu menjadi penyejuk pandangan kalian berdua dan menjadi tabungan pahala di sisi Allah, amien.

10. Pandai menempatkan diri dalam keluarga besarnya dan keluarga besar suaminya

Posisi seorang wanita setelah menikah tentu berbeda dengan posisinya sebelum ia menikah. Sebelum menikah, kedua orang tua adalah orang pertama yang harus ia taati dan ia perhatikan. Adapun setelah menikah, suamilah orang pertama yang harus ia taati dan ia perhatikan. Ia telah memulai masuk keluarga baru yang dibina bersama suaminya. Masalah ini harus dipahami oleh seluruh pihak.

Kedua orang tua hendaknya memberikan kesempatan kepada kedua putra-putrinya yang sedang belajar menjadi seorang ayah dan seorang ibu. Ibarat anak kecil yang sedang belajar berjalan, kadang jatuh dan bangun. Itulah fase untuk mengasah kedewasaan dan kemandirian mereka. Jangan terlalu berlebihan dalam mencampuri urusan rumah tangga mereka. Sebab justru seringkali hal tersebut akan memicu berbagai macam permasalahan dalam rumah tangga mereka.

Engkau sebagai istri, ketahuilah bahwa bergantung secara berlebihan kepada ayah-ibumu juga kakak-kakakmu dalam setiap masalah rumah tangga, yang besar maupun kecil, itu menunjukkan ketidakmatangan kepribadianmu. Itu juga bukti bahwa Engkau belum siap untuk menjadi seorang istri, apalagi seorang ibu.

Namun tidak berarti, Engkau harus memutuskan hubungan dengan orang tuamu. Justru jalinlah tali silaturrahmi dalam batas-batas yang wajar, khususnya di awal-awal kehidupan rumah tanggamu.

Seni berinteraksi dengan keluarga suami

Ketahuilah, kepintaranmu bergaul dengan mertua dan kerabat suamimu merupakan nilai tambah bagimu di mata suamimu.

Bergaullah dengan mertuamu sebaik-baiknya dan hormati mereka, sebagaimana Engkau menghormati kedua orang tuamu. Sebab merekalah yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan suamimu hingga ia menjadi seorang pria yang memikat hatimu.

Perlu disadari, sebagaimana tidak ada di dunia ini suami yang sempurna, begitu pula tidak ada mertua yang sempurna. Karena adanya karakter yang kurang mengenakkan dalam diri mertua, terkadang terjadi percekcokan. Adalah kurang bijak jika kemudian istri memberikan ultimatum kepada suaminya untuk memilih antara dia atau keluarganya.

Justru dalam berinteraksi dengan mereka, kedepankanlah kesabaran dan kelembutan. Lupakan kesalahan mereka dan maafkan mereka. Intinya, berlaku baiklah, karena mereka adalah manusia yang bisa merasakan kebaikan dan ketulusan.

Kesabaranmu dalam bergaul dengan mereka insyaAllah akan mendatangkan pahala dari Allah ta’ala dan keridhaan suamimu. Semoga Anda sukses menjadi istri idaman, amin…

 


[1] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 105-108).

[2] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 112-115).

[3] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 115-118) dengan beberapa tambahan.

[4] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 118-119) dengan beberapa tambahan.

[5] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 120) dengan beberapa tambahan.

[6] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 121) dengan beberapa tambahan.

[7] Baca: Agar Istri Disayang Suami karya Muhammad bin Ibrahim al-Hamd (hal. 105).

[8] Diringkas dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 122-126).

[9] Diringkas dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 126-129) dengan tambahan.

[10] Diringkas dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 130-131).

[11] Diringkas dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 131-133).

Leave a Comment